>>
you're reading...
buah pikir, profilku

Berbicara melalui Peta [Kisah Kami di Gunung Agung]

Kawasan Rawan Bencana G. Agung (Sumber BNPB)

(ket: buka post ini dengan Microsoft Edge/ Safari/mozila)

Saya pernah membaca suatu frasa yang menurut saya cukup mewakili apa yang saya pelajari berapa minggu terakhir ini.

” Orang Takut pada Apa yang Mereka Tidak Pahami” (Andrew Smith)

frasa itu saya rasa cukup tepat untuk menggambarkan apa yang saya lihat pada saat saya ditugaskan ke Bali akhir Bulan September lalu. Banyaknya berita hoax yang beredar begitu deras dan sadis membuat masyarakat sekitar G. Agung was was bahkan ada beberapa orang dengan begitu gelisahnya mereka bercerita pada saya bahkan tidur pun mereka tidak tenang.

Mungkin bagi beberapa orang, hoax bukanlah masalah serius dan hanya dijadikan bahan lelucon ringan dikala menyeruput segelas kopi. Tapi tidaklah demikian bagi masyarakat yang berada disekitar Gunung Agung. Ini berkaitan dengan keselamatan mereka, dan Keselamatan mereka bukanlah bahan candaan!

Hingga pada hari kedua kami di Posko Tanah Ampo, disaat briefing sore pimpinan kami (Bpk Wisnu) memberikan suatu arahan yang menurut saya termasuk arahan yang sangat penting. Arahan dari beliau kurang lebih seperti demikian:

“Bisakah kita membuat sesuatu yang mudah diakses oleh masyrakat agar mereka memahami posisi mereka terhadap zona berbahaya G. Agung? mereka disini takut karena banyak dari mereka yang tidak tahu dimana saja tempat yang berbahaya dan dimana saja yang masih aman. Hal inilah yang menimbulkan kepanikan seperti sekarang”

Saat itu saya baru tersadar ternyata peta sebagai salah satu informasi geospasial umum kita kenal dapat memainkan peran besar dalam penanganan bencana. Peta yang selama ini hanya saya gunakan sebagai bahan analisis di atas meja ternyata punya pengaruh yang lebih besar dari yang saya ketahui yang dalam hal ini adalah memberi informasi kepada masyarakat dalam rangka menyambut hajat besar Gunung Agung. Bagi kami, peta adalah salah satu media penting yang dapat digunakan untuk membantu masyarakat agar mereka mudah memahami tentang:

  • ancaman seperti apa yang bisa saja muncul saat G. Agung Erupsi? (Ancaman akan berbeda di setiap wilayah)
  • dimana saja lokasi yang berbahaya hingga perlu dilakukan evakuasi dengan segera?
  • dan dimana saja yang relative aman sehingga cukup layak dijadikan lokasi pengungsian?

Keesokan harinya kami membuat “Cek Posisi Anda!” (klik untuk menuju Gmapsnya).

Peta ini kami buat dengan harapan agar masyarakat disekitar G. Agung dapat semakin mudah untuk memahami posisinya terhadap beberapa ancaman yang dapat terjadi saat terjadi Erupsi di G. Agung serta dapat membantu mereka dalam menentukan tindakan yang tepat, apakah harus mengungsi ataukah masih memungkinkan untuk tinggal di rumah.

Untuk memenuhi harapan dan mencapai tujuan pembuatan peta-peta tersebut, maka ada satu langkah yang tidak kalah pentingnya dari pembuatan peta itu sendiri yaitu Publikasi dan Sosialisasi. Saat itu hingga sekarang beberapa tim yang ada melakukan publikasi dan sosialisasi seluas luasnya agar masyarakat semakin mudah mengakses produk kami dengan berbagai cara baik memanfaatkan media social, chat, sms blast, serta turun langsung sosialisasi di lapangan. Peta sebaik dan sebagus apapun akan kurang memberikan manfaat bila tidak terpublikasikan dengan baik, tepat sasaran dan dapat diakses maupun dipahami oleh banyak orang. Pemahaman dalam menginterpretasi peta yang dibuat juga merupakan hal yang sangat penting, yang dalam kasus kami adalah pada pemahaman masyarakat terhadap ancaman serta risiko di sekitar mereka. Mereka dapat mengetahuinya melalui peta fisik atau melalui ponsel pintar mereka yang memiliki aplikasi Googlemaps.

“Memahami risiko adalah kunci !”

begitulah kata Bapak Wisnu dalam sebuah rapat yang dilakukan di Denpasar. Ketidakpahaman kita terhadap ancaman serta risiko yang ada disekitar kita mengakibatkan kepanikan yang tidak jelas. Hal ini dapat menurunkan kewaspadaan kita dan justru akan membahayakan bagi kita.

Penggunaan informasi geospasial baik yang dalam bentuk cetak ataupun digital tentu sangat membantu masyarakat dalam memahami ancaman yang ada disekitar mereka, sehingga diharapkan dapat membantu mereka dalam menentukan tindakan yang bijak. Selain sebagai alat bantu bagi masyarakat dalam memahami risiko, Informasi geospasial juga memiliki fungsi kunci yang lain dalam kebencanaan seperti memberikan gambaran yang lebih informatif terkait kependudukan yakni mengetahui dimana pemusatan penduduk untuk keperluan evakuasi dan juga memberikan informasi dimana lokasi lokasi kantung pengungsian agar logistic dapat terdistribusi dengan tepat.

Tanpa adanya peta, tentu bukanlah hal yang mudah untuk sosialisasi masyarakat dalam memahami risiko pad masing masing wilayah G. Agung. Bukan hal yang mudah pula untuk memberikan gambaran yang mudah dipahami pemerintah untuk membuat suatu kebijakan yang tepat baik arahan evakuasi bagi masyarakat yang masih tinggal di wilayah bahaya maupun distribusi logistic untuk pengungsi yang hingga tanggal 5 Oktober ini mencapai 146.797 jiwa dan tersebar di 427 lokasi (Sumber: BNPB).

Berdasarkan pengalaman yang saya dapat saat bertugas di Gunung Agung, saya jadi berpikir tentang arti penting sebuah informasi Geospasial yang selama ini ada dari teman teman pembaca post saya baru tahu tentang istilah ini. Jika sebelumnya saya memposting Yuk,.. Peka “dimana” kita? yang hanya menempatkan #geospasial sebagai gaya hidup, ternyata saya salah!

“Informasi #geospasial bukan lagi hanya gaya hidup, #Geospasial sudah menjadi salah satu Kebutuhan untuk Hidup”

#BudayaSadarBencana #BNPB #KenaliBahayanyaKurangiRisikonya #SiapUntukSelamat

Artikel ini saya ikutkan dalam kompetisi blog “#Geospasial untuk Kita” yang diadakan oleh BIG (Badan Informasi Spasial) untuk informasi lebih jelas silahkan berkunjung ke link ini .

Salam Tangguh, Salam Kemanusiaan..

Dewa Putu A.M.

About dewa putu am

I'm a Disaster Analyst, Agro-Climatologist, and GIS Analyst. I like drawing, writing, playing guitar, gardening, and maybe reading too.

Discussion

2 thoughts on “Berbicara melalui Peta [Kisah Kami di Gunung Agung]

  1. Meskipun demikian saya termasuk yang tidak bisa membaca peta pak ha ha ha… soalnya kadang2 kebalik klo baca pet

    Posted by shiq4 | October 6, 2017, 11:12 am

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

IdWordpress
Warung Blogger

Blogger Hebat

Posting2 si Anak Angin

%d bloggers like this: